Sabtu, 31 Desember 2011

HANGOVER



Malam ini, 29 Desember 2011, aku 22 tahun, Teguh 20 tahun (menurut akte), henry 21 tahun, Bayu di ujung 21 tahun, mba fina yg udah tua, roni yang lebih tua sejak 50 tahun yang lalu, putu eka yang belum ubanan, bram yang belum kunjung menikah.

Latar : di atas (mabes lantai 2) tangga baru saksi bisu, tanpa karpet surga, tapi masih beratapkan langit.

Disini kami berkumpul, sendiri-sendiri nguping, ngintip, pak guru yang sudah sembuh dan kini bawa cewe gonta ganti kadang cewe kadang cowo juga, ada juga sekilas yang kencing (lalu diceritakan pada bagian lain), ada yang bernyanyi dengan gitar fals oblong 100ribuan dibayar iuran. Kami adalah kumpulan orang hebat, mengadakan ritual khusus mengundang sahabat dari penjuru negeri. Party on, dengan gagah Teguh datang dari perburuannya mencari kolesom yang gagal berujung pada kacang mirip garuda merk indomaret sebagai teman minum wine + dan sebotol antiseptic 40%, sebagai penetral, menurut penuturan beliau yang telah diklarifikasi henry yaitu Pasir Hijau.

Semua riang gembira, lilin pun sudah padam, dan pak cik pun tidur (kayaknya). Musik irama dangdut berdedang, joget riang mengiringi kepulangan Agustinus Muaboay yang ingin jauh dari api neraka. Ada yang menyanyi, sebagian tertawa. Tanpa sloki, sebagai pengganti, digunakanlah gelas ibadah dari natalan sebagai pemain cadangan. Ada es batu pula, tapi ada yang ga mau. Ah, dunia malam pun semakin larut, Hongkong semakin redup. Altostratus membungkus langit beserta isi-isinya, sandi 61 tercipta. Namun, kami masih bertahan, gelas pun berputar, musik masih dimainkan, bintang bertaburan di bawah awan, di atas kepala, semua itu karena dia, 2 botol air berwarna bening penyembuh sariawan. Jam menunjukkan pukul 00.00, Henry belum Jackpot.

….

1 detik kemudian, aku 22 tahun 1 hari, teguh semakin tua, roni tumbuh bulu, bayu 22 tahun, yang lain masih makan kacang. Selamat pun terucap lewat jabat tangan ke hadirat Bayu. Pesta dilanjutkan. Angin semilir, hujan meningkat tapi belum ke sandi 63, kadang reda. Mata semakin redup, tugas pak supri belum usai, demikian juga pestanya. Tak kalah dengan pesta mi yang dihadiri bebek-bebek yang siap melahap isi penggorengan. Tinggal sebotol, wine sudah habis, bram ga minum. Kami bercerita sejenak, melupakan hutang-hutang yang melilit kami, kamu, dan dia. Semua senang, sebelum musibah itu datang. Tiba-tiba memang.

……

Hongkong sudah tak tampak, pesta masih berlanjut. Roni mau ciuman dengan cowo dan cewe tapi tidak jadi. Akupun ga mau. Awan rendah asap rokok menyelimuti kami, seperti kebakaran. wanita pun jadi objek pembicaraan, hingga botol itu habis. Aku masih ingat ucapan selamat dari seseorang bunyinya begini “Zum gebustag ! Alles liebe und guete...” ditambah karakter :D. Eh, lupakan sejenak. Posisi masih melingkar, sedal jepit jadi alas, surti tedjo masih asik di kamar henry lama *red. Seorang bercanda, lucutan api rokok terlempar, bayu pun terlihat lebih kurus 1 gram dari sebelumnya lalu pergi ke kamar mandi. Kacang pun musnah. Botol tak sengaja ku masukkan kresek dan ku letakkan tepat di depan kamar Henry. Tumben! biasanya seksi kebersihan teguh.

….

Bencana berawal dari sini. Henry mencoba menyiram bayu, dengan air tentunya, bayu mencoba membalas, terjadi perang sengit cekakakcekikikan, suara semakin gaduh, roni pun bangkit, teguh ikutan, eka dan aku diam, mba fina kentut, bram menghirup asap rokok tentunya sudah terkontaminasi. Semakin gaduh, hape dan dompet beserakan bersama botol dan kulit kacang.

….

Semua berlarian ketika Bayu mencoba membalas secara membabi ngepet. Kami berlarian, dimulai dari Teguh, merayap pelan ke atas atap, Mba Fina lebih rendah, bram menjauh ke barat mengejar mentari, aku juga naik, berdiri, berjalan pelan, lebih tinggi dari Teguh, Eka belari naik, lebih tinggi dari Aku. Dan Roni datang membawa air seni nya, disiram ke Bayu. Terjadilah perang sengit di medan Kurusetra berakhir pada jatuhnya besi jemuran (glondaaaaang).

….

Sttt, kata Teguh mengingatkan ku agar berhati-hati berjalan terutama di atas atap. Terdengar sayup-sayup teriakan dari bawah “Siapa? Teguh ya??”. Spontan Henry sebagai korlap berteriak pelan, turun turun, turu, kami pun berhamburan. Eka dengan gaya rol dari puncak tertinggi menuruni lereng atap. Aku pun lancar saja, disusul Teguh dan Mba Fina, di urutan ke 6 ada bram, Roni masih di kamar mandi belum sadar akan sabda dari bawah itu.

….

Eka yang pertama masuk kamar no 14 (kamar om kris lama) setelah menabrak besi jemuran (glondang lagi), disusul aku yang sebelumya terpleset jatuh dan cedera ringan di tangan dan jempol kaki karena hangover menabrak jemuran, berhasil ditahan teguh agar tidak tertimpa jemuran itu, Teguh emang badman. Bram, samar terlihat gerakannya, dia sudah terduduk di pojok di tempat pakaian kotor, aku pura-pura tidur bersama eka yang sudah terlihat ngantuk berat karena belum minum kopi sebelumnya. Bayu menduduki pantatku. Mba Fina sembunyi depan lemari bertamengkan kursi plastik, Henry memasukkan kepala ke bawah mejanya, teguh di belakang pintu, lampu dipadamkan.

….

Terdengar suara langkah nan gagah perkasa menaiki tangga, selain Pak Ibnu (bapak kos kami) ada juga mas Agus. Detak jantung semakin cepat. Roni tetangkap basah saat membuka pintu kamar mandi pun harus berjuang sendiri menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan bpk Kos. “Teguh, Teguh” suara bapak Kos, “Katanya akademi tapi kelakuannya seperti ini, malu sama tetangga sebelah ada yang sakit” sambungnya. “Selain yang ngekos disini pulang aja”. Kemudian pak kos menuju tempat persembunyian kami, aku belum sadar, belum tau siapa-siapa saja yang ada di dalam dan di luar. Terlihat sosok tangan mencoba menyalakan lampu pertanda aman, ternyata orang itu gagal, berkat charger dari mba Fina yang menacap di stop kontak menghalangi saklar. Aman!. Kami saling berbisik, agar tak terdengar. Mba Fina memerintahkan penghuni kosan keluar, kami takut. Henry secara bijaksana keluar menemani Roni. Henri pun membersihkan semua, mencoba menghalangi pandangan pak Kos dari botol-botol biadab itu, dia tak menemukannya. Pak Kos pun naik pitam, membanting besi jemuran dan glondang lagi dan lagi!!..kami gemetar… Yang lain masih pada posisi tak berani bergerak terutama Mbak Fina. Bram diam saja, Eka sepertinya sudah tidur. Akhirnya bapak Kos dan mas agus turun. Pertanda aman, kami masih berbisik, teguh keluar dari persembunyiannya membantu Henry dan Roni jadi seksi kebersihan. Aku kesakitan.

….

Kami mengatur strategi untuk rencana esok yang lebih baik. Roni sudah menemukan tempat baru untuk tinggal apabila esok semua barangnya di luar kamarnya. Teguh, Henry, aku bingung. Bayu dan Bram pusing memikirkan cara pulang. Eka tertidur. Mba Fina dagdigdugder. Keadaan mencekan, jam menunjukkan pukul 02.00 tanda pak cik mebersihkan dapur (kami hapal kegiatan kosan kami). Susah cara masuk kamar tanpa diketahui, kami pun mengatur strategi. Tak mungkin kami bertahan di kamar Henry dengan jumlah 8 orang apalagi ada mba Fina. Biasanya setelah membersihkan dapur Pak Cik memasak aiar dan meninggalkannya ke ruang tamu sambil nonton TV, aku, roni, dan Mba Fina memanfaatkan moment ini. Kami pun berhasil encapai kamar Roni, fiuh, lega. Selanjutnya para penghuni illegal menunggu pukul 3 untuk bisa keluar dari mabes. Mereka pun selamat, dengan membawa barang bukti yang berusaha dilenyapkan. Kami pun tertidur lelap.

Selanjutnya kami merencanakan rujuk dan meminta maaf atas kesalahan kami. Yang kini berakhir damai. Maafkan kami pauk, kami janji tidak akan mengulanginya lagi.

Kenangan aneh dan mendebarkan ini akan kami kenang ever and after.